Saturday 22 July 2017

BIla Kita Sedang Di Uji

Menurut Hadits Qudsi :
“Yaquwlu Allahu Ta’alaa Limalaa ‘Ikatihii : In Tholiquw Liyaa ‘Abdii Fashubbuw ‘Alayhil Balaa’a Shobba Fa Inni Uhibbu An Asma’a Showtaru.”
Terjemahannya : Allah berfirman kepada Malaikat-Nya : “Pergilah kepada hamba-Ku Lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku hendak mendengar suaranya.” ( HQR Thabarani yang bersumber dari Abu Umamah r.a. )


Berdasarkan Hadits Qudsi tersebut, Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada para malaikat-Nya, yang tidak pernah durhaka dan selalu melaksanakan perintah-Nya, untuk melakukan berbagai ujian dan cobaan kepada hamba-hamba-Nya, dengan salah satu tujuan yaitu : terdengar suara hamba-Nya yang sedang diuji tersebut Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan yang tergores dalam hati hamba-hamba-Nya.

Hidup ini tidak akan pernah sunyi akan : senang dan susah….atau suka dan duka. Keduanya berjalan silih berganti, sebagai sebuah sunatullah….ketetapan-Nya. Hidup ini penuh dengan cobaan, karena segala sesuatu jika tidak diuji, tidak pula nampak keasliannya. Seorang pelajar ….untuk bisa dikatakan naik tingkat, dia harus menjalani ujian terlebih dahulu. Seorang Karyawan pun demikian pula, bila akan naik pangkat. Para pedagang pun akan menguji barang dagangannya untuk mengetahui keasliannya, supaya dia tidak tertipu. Bukankah demikian ? Kenapa untuk urusan duniawiah kita tidak protes ? Tidak unjuk rasa ? Tapi tatkala ujian datang dari Allah …kita menggerutu….buruk sangka kepada-Nya? Astaghfirullahal’adzim……marilah kita perbanyak istighfar wahai Saudara-Saudara ku.

Firman Allah dalam surat Al Ankabut (29) : 2-3 :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Marilah kita simak dan hayati pula Firman Allah dalam Surat Al-Kahfi (18) : 7-8 :

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
  Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.

وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيداً جُرُزاً
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.

Ujian tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan, dan kesakitan saja, akan tetapi dapat pula berbentuk kesenangan, seperti : kedudukan, harta, dsb Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Anbiyaa (21) : 35 :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Kekayaan, harta, pangkat, kemegahan, kekuasaan adalah ujian terberat bagi seorang manusia, apabila dia sadar dan mengetahuinya Hal itu pun merujuk pada firman Allah Ta’ala dalam Surat Al ‘Alaq (96) : 6-8 :

كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى  Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى karena dia melihat dirinya serba cukup.

إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).

Rasulullah SAW pernah pula bersabda :
“ Wa Allahi Maal Faqru Akhsyaa ‘Alaykum Walaakinni Akhsya An Tubsathaad Dunyaa ‘Alaykum Kamaa Busithot ‘Ala Man Kaana Qoblakum, Fanunaa Fisuwhaa, Kamaa Tanaa Fasuwhaa Fatahlikakum Kamaa Ahlakathum.”Terjemahannya :
Demi Allah, bukanlah kefakiran atau kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku kuatir ( kalau-kalau) kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana yang telah diberikan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula ( HR. Bukhari )


Ujian dan Cobaan dari Allah itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat pula Ada ujian yang menimpa tubuh (kesehatan), anak (kenakalan), harta kekayaan (miskin atau kaya), kekuasaan ( diberi amanat atau dikhianati), jabatan (promosi atau degradasi), aqidah (murtad atau mu’allaf), dsb. Demikian pula perintah dan larangan dalam Agama Islam sendiri termasuk juga sebuah ujian dan cobaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ‘Agama adalah Ujian dan Cobaan’.


Pada bagian terdahulu telah kita bahas tentang ujian yang terberat yang menimpa seorang manusia adalah kesenangan dan kemewahan dunia Pada bagian ini akan kita bahas ujian yang teringan yang akan menimpa manusia.

Ujian teringan adalah yang menimpa pada tubuh (mis penyakit, kecelakaan, dll). Ujian pada tubuh ini mempunyai tujuan untuk menguji kesabaran, kerelaan dalam menerima qodlo’ dan qodar dari Allah Ta’ala. Jika memang lulus, dengan indikator : sabar, msks ditetapkan-Nya lah pahala dan dihapuskan dari sebagian dosa atau pun diangkat derajatnya, hingga ujian itu menjadi sebuah rasa nikmat baginya.

Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW berikut :
“Maa Min Muslimin Yushiybuhu Aza, Syaw Katun Famaa Fawqohaa Illaa Kaffaro Allahu Bihaa Sayyi’aa Nihi, Wa Huththon ‘Anhu Dzunuubuhu Kamaa Tahuththusy Syajarotu Wa Ro Fahaa.”, terjemahannya :
Tidak ada seorang Muslim pun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu dihapuskan Allah perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya. 
(HR. Muttafaq’alaih)
“ Maa Yazaalul Balaa’u Bil Mu’mini Wal Mu’minati Fiy Nafsihi Wamaalihi Wa Waladihi Hatta Balqo Allaha Wamaa ‘Alayhi Khothiy’at.” Terjemahannya :
Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa Kaum Mu’minin pria atau pun wanita, yang mengenai dirinya, hartanya, anaknya, tetapi ia tetap sabar, ia akan menemui Allah dalam keadaan tiada berdosa. (HR. Turmudzi)
“Maa Yushiybu Min Nashobin Walaa Hamin Walaa Hazhanin Walaa ‘Adzan Walaa Ghomin, Hattasy Syawkati Yusyaa Kuhaa Illaa Kaffaro-Allahu Bihaa Min Khothooyaahu.” Terjemahannya :
Tidak ada mushibat yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan oleh Allah sebagian dari dosanya.
(HR. Bukhori dan Muslim )
“Inna Likulli Ummatin Fitnatan, Wa Fitnatu Ummatiyl Maalu”, terjemahannya :Sesungguhnya bagi setiap umat ada ujian, dan ujian bagi umatku ialah harta kekayaan. (HR Turmudzi)  
 Dalam sebuah Hadits Qudsi dikemukakan :

“Ibnaa Aadama, ‘Indaka Maa Yakfiyka, Wa Anta Tathlubu Maa Yuthghiyka. Ibna Aadama, Laa Bi Qoliylin Taqna’u, Wa Laa Bikatsiyrin Tasyba’u. Ibna Aadama, Idzaa Ashbahta Mu’aafa Fiy Jasadika, Aamina Fiy Sirbika, ‘Indaka Quwtu Yawmika, Fa’alaad Dunyaal ‘Afaa’u.” terjemahannya :
Wahai Anak Adam ! Padamu telah ada kecukupan, namun engkau masih saja mencari-cari apa yang nantinya akan menjadikan engkau melampaui batas. Wahai Anak Adam ! Engkau ini tidak puas dengan yang sedikit dan tidak kenyang dengan yang banyak. Wahai Anak Adam ! Apabila pagi-pagi jasadmu telah diberi sehat dan afiat, merasa aman dalam lingkungannya dan mamiliki makanan untuk hari itu, tak perlu kau pedulikan lagi apa yang terjadi terhadap du

Ujian berupa cinta akan melampiaskan hafa nafsunya dan dalam rangka fitrah manusia melanjutkan keturunannya, dapat kita pelajari dari firman Allah Ta’ala :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [l86] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Dalam kisah para Nabi dilukiskan bahwa Nabi Ibrohim as. mendapatkan ujian untuk menyembelih anak kandungya sendiri (beliau Nabi Isma’il a.s). Berkat kepatuhan, ketaatan, dan keimanannya kepada Allah Ta’ala, beliau Nabi Ibrohim a.s. lulus dari ujian tersebut, sehingga nabi Isma’il selamat dari pisau ayahnya sendiri dan digantikan oleh Allah Ta’ala dengan biri-biri sebagai korban yang sebenar-benarnya. Disamping itu kita ketahui bersama, dan sejarah pun membuktikan, betapa karunia yang diberikan kepada Allah Ta’ala sungguh sangat besar dan luar biasa kepada beliau, dimana anak keturunan beliau banyak yang menjadi Nabi dan Rasul, sehingga beliau dijuluki sebagai Bapak Nabi. Sungguh kenikmatan dunia dan akhirat yang sangat besar, dan merupakan cita-cita setiap orang yang beriman di dunia ini.
Demikian pula, ujian berat bagi kaum laki-laki adalah ujian kaum perempuan, ujian si rambut panjang, sebagaimana Hadits Nabi SAW berikut :

“Maa Taroktu Ba’diy Fitnatan Adhorro ‘Alar Rijaali Minan Nisaa’i.” terjemahannya :
Sepeninggalku tiadalah ujian yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki kecuali godaan kaum perempuan. (HR. Bukhori)  
 Adapun ujian yang menyebabkan manusia mudah tergelincir adalah ujian mengenai AQIDAH dan Agama Banyak orang yang mengaku Muslim, Beriman, termasuk pula … maaf : Alim ‘Ulama didalamnya, setelah diuji Iman dan Agamanya oleh Allah SWT dengan berbagai cobaan, ternyata lemah dan terjerumus dalam lembah syahwat serta keinginannya menjadi sesat.
Marilah kita renungkan dan pahami bersama ayat-ayat-Nya yang tedapat pada SuratAl Ankabut (29) : 10 – 11 sebagaimana berikut :

مِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِن جَاء نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ

Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah . Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.
Dijelaskan pula dalam Hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :

“ Asyaddunnaasi Balaa’al Anbiyaa’u Tsummal Amtsalu Faal Amtsalu.Yubtalar Rojulu ‘Alaa Hasabi Diynihi. Fa Inkaana Syadiyda Fiy Diynihi Shulbasytada Balaa’uhu Wa Inkaana Fiy Diynihi Riqqotub Talaahu-Allahu ‘Alaa Hasabi Diynihi, Famaa Yab Rohul Balaa’u Bil ‘Abdi Hatta Bayrukahu Yamsyiy ‘Alaal Ardhi Wa Laysa ‘Alayhi Khothiy’atun.

 Terjemahannya :
(Tingkat berat ringannya ujian disesuaikan dengan kedudukan manusia itu sendiri) Orang yang sangat banyak mendapat ujian itu adalah para Nabi, kemudian baru orang-orang yang lebih dekat derajatnya kepada mereka berurutan secara bertingkat. Orang diuji menurut tingkat ketaatannya kepada Agama. Jika ia sangat kukuh dan kuat dalam agamanya, sangat kuat pula ujian kepadanya dan jika lemah agamanya, diuji pula oleh Allah sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikianlah bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan dimuka bumi tanpa dosa apa pun. (HR. Turmudzi)

Dari keterangan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa bala’, ujian, dan cobaan kepada seorang hamba Allah adalah bertujuan :

1. Membersihkan dan memilih serta menggolongkan tingkat kesabaran, keimanan, ketaatan, atau
    bahkan kemunafikan seseorang.
2. Bila kita dapat lulus dari ujian tersebut, dapat mengkangkat derajat dan menghapuskan dosa serta 
    kekhilafan yang pernah kita lakukan.
3. Mambentuk dan menempa kepribadian seorang Mukmin, agar menjadi pribadi yang benar-benar 
    tahan ujian serta melahirkan umat yang memiliki budi pekerti luhur.
4. Latihan dan pembiasaan sehingga setiap manusia yang diuji dan dicoba akan bertambah sabar, 
   kuat cita-citanya dan tetap pendiriannya. (Ringkasan tulisan M Ali As-Shabuni, Rabithah Alam Islami      No. 4 tahun IV Bulan September 1966)  

Sebagai penutup marilah kita senantiasa mengingat, merenungkan, dan mengamalkan ayat-ayat-Nya yang berbunyi dalam Surat Ash-Sharh (94) :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ

dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ

yang memberatkan punggungmu ?
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu ,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain ,
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Maha Benar Allah dengan segala macam firman-Nya




Perjanjian Allah dengan Manusia Sebelum Manusia Dilahirkan

Ingatkah anda pernah lakukan kesepakatan dengan Allah SWT sebelumnya lahir ke dunia? Ya, fitrah manusia memang pelupa, hingga tak ingat pada beberapa hal yang telah disetujui dengan Rabb-Nya sebelum terlahir ke dunia.

Perjalanan hidup manusia sesungguhnya telah terinci. Semuanya awal kehidupan diawali dari alam ruh, kehidupan dunia serta selesai di surga atau neraka. Sebelumnya pada akhirnya dilahirkan ke dunia, manusia sesungguhnya lakukan kesepakatan dengan Allah SWT.

Bila manusia menyanggupi, jadi Ia akan lahir serta hidup didunia, tetapi bila tak, Allah akan tidak menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi. Hal semacam ini diterangkan dalam Al-Quran serta hadist-hadist yang diriwayatkan Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya tiap-tiap manusia lahir ke dunia, Allah sudah mengambil kesaksian dari tiap-tiap jiwa atau ruh manusia.


Serta dinyatakan juga dalam Alquran seperti ayat Al-Hadid ayat 8.


Artinya : “Dan kenapa anda tak beriman pada Allah padahal Rasul menyeru anda agar anda beriman pada Tuhanmu. Serta sebenarnya Dia (Allah) sudah mengambil perjanjianmu, bila anda yaitu beberapa orang yang beriman”. (QS. Al Hadid, 57 : 8)

Dalam satu hadist kisah Iman Tirmidzi Rasulullah SAW bersada kalau waktu penciptaan adam Allah menyeka punggung Adam lantas dari punggung itu keluar tiap-tiap ruh yang mirip biji atom yang berjatuhan. Ruh itu lalu dijadikan berpasangan-pasangan lantas di ambil janji serta kesaksiannya.

Hal ini diperkuat dalam QS Al A’raaf Ayat 172 berkenaan Syahadatnya jiwa manusia sebelumnya ke Alam Dunia. “Dan (ingatlah), saat Tuhanmu keluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi

 mereka serta Allah mengambil kesaksian pada jiwa mereka Allah berfirman :
 

Artinya : “Bukankah Saya ini Tuhanmu? ” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi”. (Kami kerjakan yang sekian itu) supaya pada hari kiamat anda tak menyampaikan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) yaitu beberapa orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan) ”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)


Dari ayat itu di ketahui kalau ruh manusia telah mengaku keesaan Allah SWT. Ini disaksikan oleh Nabi Adam serta masyarakat langit sebagai saksi. Kesepakatan ini akan tidak pernah diingat manusia lantaran fitrah manusia sesungguhnya yaitu pelupa. Manusia lalu lahir dalam keadaaan suci. Orang tuanya lah yang membuatnya beragama selain Islam.

                                                       
Tetapi ini bukanlah argumen manusia dapat mengelak atas janjinya pada Allah SWT di akhirat nantinya. Lantaran manusia dibekali akal serta fikiran untuk memastikan jalan kebenaran. Allah SWT juga telah mengutus Nabi serta Rasul-Nya untuk mengingatkan kembali mengenai kesepakatan itu. Tetapi manusia tetap harus ingkar.

Manusia dengan cara fitrah memanglah melupakan kesepakatan itu. Karenanya fakta yang perlu dihadapi oleh tiap-tiap manusia yaitu sebenarnya tak ada satu jiwa juga yang lahir ke dunia ini, terkecuali Allah sudah mengambil kesepakatan serta kesaksian mereka saat di alam ruh kalau, Allah yaitu Rabb mereka, serta Allah lakukan hal semacam ini supaya mengujinya dalam kehidupan dunia supaya pada hari akhirat kelak tiada satupun manusia yang bakal mengingkari mengenai keEsaan Allah.

Zakir Naik, seorang ulama asal India mengatakan hidup ini seperti ujian di sekolah. Manusia melakukan kehidupan sesudah sepakat dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan Allah SWT. Waktu melakukan kehidupan, manusia seperti tengah ujian, Guru akan tidak memberitahu jawaban walau sebelumnya apa yang diuji sudah di ajarkan. Jawabannya baru bakal diberitahu waktu ujian sudah usai. Sesudah hari kiamat, Allah barulah bakal memberikan jawaban atas apa persetujuan yang telah kita buat dengannya sebelum lahir ke dunia.

sumber : http://pusatkabaronline.blogspot.com/2016/09/inilah-perjanjian-antara-allah-dan.html